Bila mendengar kata embun, tentu kita teringat kaca jendela kamar atau dedaunan di halaman hunian kita yg basah kala pagi hari. Sebenarnya, dari mana ya asalnya embun itu? Embun itu berasal dari uap-uap air (gas) yang terkondensasi, artinya berubah menjadi cairan. Cairan (air) inilah yang kita sebut embun.
Proses kondensasi berlangsung dikarenakan perbedaan suhu yang lumayan tinggi. Prosesnya dijelaskan sbg berikut: suhu tengah malam hari yang rendah mendinginkan tanah lebih cepat dibandingkan hawa, artinya suhu tanah lebih dingin daripada udara. Oleh karena perbedaan suhu itulah, uap-uap air di hawa yg pada pagi hari berada di sekitar tanah dapat terkondensasi, dan menghasilkan embun yg kita lihat di pagi hari.
Nah, rupanya air-air di seputar gelas yang dingin itu pun terbentuk melalui proses yang sama! Pada sebuah gelas berisi es, suhu di dalam gelas, yg bersumber dari es, adalah ±2°C, sementara suhu sekitarnya adalah suhu kamar merupakan ±25°C. Artinya, suhu di dalam gelas lebih rendah (dingin) daripada suhu udara bagian luar gelas, bersama perbedaan suhu ±23°C. Akibatnya, uap air yg ada di udara kira kira gelas dapat terkondensasi, menciptakan permukaan luar gelas menjadi berair seperti embun.
Tidak hanya berlangsung karena “es dalam gelas”, embun juga dapat kita lihat pada peristiwa lain. Contohnya ialah seandainya kita naik pesawat terbang. Di saat ketinggian lebih kurang 35.000 kaki, suhu di luar pesawat sangatlah rendah (kira kira -40°C), sedangkan hawa di dalam pesawat tetap normal, merupakan suhu kamar 25°C. Perbedaan suhu yg tinggi ini menciptakan uap air di dalam pesawat terkondensasi sehingga bagian dalam kaca jendela pesawat di waktu kita sentuh akan terasa berair seperti embun.
Sampel lainnya ialah makanan yang baru selesai dimasak, masihlah panas, lantas dimasukkan ke dalam kotak bekal Adik. Lalu saat Adik mau makan, kotak tersebut dibuka, pada bagian dalam tutup kotak bekal basah oleh titik-titik air.
Nah, setelah membaca tulisan ini, kalian tahu mengapa ada titik-titik air atau embun di bagian luar gelas yang berisi air. Menarik bukan?
Proses kondensasi berlangsung dikarenakan perbedaan suhu yang lumayan tinggi. Prosesnya dijelaskan sbg berikut: suhu tengah malam hari yang rendah mendinginkan tanah lebih cepat dibandingkan hawa, artinya suhu tanah lebih dingin daripada udara. Oleh karena perbedaan suhu itulah, uap-uap air di hawa yg pada pagi hari berada di sekitar tanah dapat terkondensasi, dan menghasilkan embun yg kita lihat di pagi hari.
Nah, rupanya air-air di seputar gelas yang dingin itu pun terbentuk melalui proses yang sama! Pada sebuah gelas berisi es, suhu di dalam gelas, yg bersumber dari es, adalah ±2°C, sementara suhu sekitarnya adalah suhu kamar merupakan ±25°C. Artinya, suhu di dalam gelas lebih rendah (dingin) daripada suhu udara bagian luar gelas, bersama perbedaan suhu ±23°C. Akibatnya, uap air yg ada di udara kira kira gelas dapat terkondensasi, menciptakan permukaan luar gelas menjadi berair seperti embun.
Tidak hanya berlangsung karena “es dalam gelas”, embun juga dapat kita lihat pada peristiwa lain. Contohnya ialah seandainya kita naik pesawat terbang. Di saat ketinggian lebih kurang 35.000 kaki, suhu di luar pesawat sangatlah rendah (kira kira -40°C), sedangkan hawa di dalam pesawat tetap normal, merupakan suhu kamar 25°C. Perbedaan suhu yg tinggi ini menciptakan uap air di dalam pesawat terkondensasi sehingga bagian dalam kaca jendela pesawat di waktu kita sentuh akan terasa berair seperti embun.
Sampel lainnya ialah makanan yang baru selesai dimasak, masihlah panas, lantas dimasukkan ke dalam kotak bekal Adik. Lalu saat Adik mau makan, kotak tersebut dibuka, pada bagian dalam tutup kotak bekal basah oleh titik-titik air.
Nah, setelah membaca tulisan ini, kalian tahu mengapa ada titik-titik air atau embun di bagian luar gelas yang berisi air. Menarik bukan?
0 comments:
Post a Comment